Jumat, 20 Februari 2009

Komunitas Salihara

Komunitas Utan Kayu, sebuah kantong budaya di Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta Timur, dibentuk oleh sebagian pengasuh Majalah Tempo sekitar setahun setelah majalah itu dibredel pemerintah pada 1994. Selain itu komunitas ini juga dibentuk oleh sejumlah sastrawan, intelektual, seniman dan wartawan. Komunitas ini terdiri atas Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Galeri Lontar, Teater Utan Kayu (TUK), Kantor Berita Radio 68H dan Jaringan Islam Liberal - tiga di antaranya bergerak di lapangan kesenian, yaitu Galeri Lontar, Teater Utan kayu dan Jurnal Kalam (yang secara terus menerus berupaya menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual, baik melalui pertunjukan kesenian, pameran seni rupa, ceramah dan diskusi tentang beragam topik, maupun lewat tulisan yang diterbitkan Kalam.

Komunitas Utan Kayu juga sudah terbiasa mengelola kegiatan berskala internasional, di antaranya Jakarta International Puppetry Festival (2006), Slingshot Film Festival (2006) dan International Literary Biennale - yang kali keempatnya berlangsung pada Agustus 2007.

Sayap kesenian Komunitas Utan Kayu, kini sudah berumur sekitar sepuluh tahun, bertekad meneruskan dan mengembangakan apa yang selama ini telah dicapai. Demi menampung perluasan aktivitas tersebut, para pendir dan pengelolanya lantas mengambil prakarsa membangun komplek Komunitas Salihara.

Berdiri di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.060 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Komunitas Salihara memiliki tiga unit bangunan utama, yaitu Teater Salihara, Galeri Salihara serta ruang perkantoran dan wisma.

Teater Salihara dapat menampung hingga 252 penonton. Ini merupakan gedung teater model black box pertama di Indonesia. Berdinding kedap suara, teater ini dilengkapi ruang rias serta segala peralatan tata panggung, tata ruang dan tata cahaya modern. Bagian atap Teater Salihara juga dirancang sebagai teater terbuka.

Galeri Salihara, berbeda dari kebanyakan bangun galeri umumnya, mengambil bentuk silinder dengan lingkaran sedikit oval. Ruang kosong dengan dinding melingkar tanpa sudut dan tanpa batas akan memberikan perspektif pandang yang lebih luas. Pusat jajan berikut aneka makanan dan minuman dengan pemandangan terbuka yang nyaman terletak di bawah bangunan ini.

Tak kalah unik adalah unit pembangunan empat lanta untuk perkantoran, perpustakaan, wisma dan toko buku. Lantai paling atasnya sebagian menjorok dan melayang di atas atap gedung teater, sedang paling bawahnya sebagian melesap ke dalam tanah.

Dari segi rancang bangun, komplek Komunitas Salihara dapat dipandang sebagai sebuah percobaan arsitektur yang menarik. Ia karya tiga arsitek dengan kecenderungan masing-masing. Adi Purnomo, Marco Kusumawijaya dan Isandra Matin Ahmad - masing-masing merancang gedung teater, gedung galeri dan gedung perkantoran, kemudian duduk bersama untuk memadukan rancangan ke dalam visi yang sama : membangun rumah baru bagi kesenian dan pemikiran yang ramah lingkungan dan hemat energi.

Komunitas Salihara akan tumbuh bersama khalayak yang makin cerdas, terbuka dan demokratis. Para pengelolanya percaya bahwa kepiawaian di bidang seni adalah investasi yang tak ternilai bagi pertumbuhan anak-anak bangsa sejak hari ini. Khalayak adalah bagian sangat penting dalam menyuburkan kepiawaian tersebut.


KONTAK :
Jl.Salihara No.16 Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12520
No. Telepon : 021 789 1202 ext. 303 (Rama)
Fax : 021 781 8849
Email : rama@salihara.org [Public Relations]
URL : www.salihara.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar